Bermasalah dengan insomnia seperti sulit tidur, sering terbangun di malam hari dan susah tidur kembali, bangun pagi terlalu cepat hingga merasa lelah setelah bangun tidur? Anda harus waspada. Pasalnya insomnia bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan, obesitas atau kegemukan hingga kematian. Benarkah?
Anda bermasalah dengan gangguan kualitas dan kuantitas tidur yang menyebabkan tubuh terasa tidak enak, lelah, lemas dan tidak nyaman ketika bangun pagi? Jika ya, berarti Anda menderita insomnia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli kesehatan di Indonesia baru-baru ini bahwa insomnia atau gangguan tidur merupakan penyakit yang menyerang 10 persen dari total penduduk Indonesia, yang artinya diderita oleh 28 juta orang di Indonesia.
Berhubung insomnia merupakan kondisi medis yang jarang terdiagnosis, maka jumlah penderita masalah gangguan tidur ini diperkirakan lebih besar dari hasil penelitian. Bahkan tingkat kejadiannya semakin tinggi seiring dengan proses penuaan dan semakin tingginya tingkat stres yang dihadapi. Parahnya, karena dianggap sebagai suatu hal yang lumrah, masalah ini biasanya dibiarkan tanpa melakukan penanganan apapun.
Penyebab. Meskipun dianggap sebagai masalah biasa, namun menurut dr. Kristiana Siste, SpKJ, psikiater dalam ilmu psikiatri, insomnia digolongkan ke dalam klasifikasi gangguan jiwa (DSM 4). Disebut gangguan jiwa apabila penyakit ini sudah menyebabkan masalah distress dan disfungsi. Distress dan disfungsi merupakan suatu kondisi di mana penderita tidak bisa melakukan pekerjaan seperti sebelumnya (hendaya/gangguan fungsi).
Ditambahkan oleh dr. Natalia Widiasih R, SpKJ, M.Pd.Ked, psikiater, insomnia dibedakan menjadi dua jenis yaitu insomnia akut dan insomnia kronis. insomnia akut terjadi karena adanya kejadian stres yang baru terjadi dan membuat dirinya merasa terpukul (misalnya baru di-PHK, serta anggota keluarga yang meninggal), penyakit fisik umum, faktor lingkungan (contohnya lingkungan yang berisik, suhu ekstrem), pengaruh obat-obatan tertentu (misalnya obat antidepresan, beberapa obat hipertensi), serta gangguan jadwal tidur normal (kebiasaan) seperti jet lag, dan pindah shift kerja. Sementara insomnia kronis terjadi karena masalah depresi atau cemas, stres kronis, serta nyeri yang menyebabkan si penderita sulit tidur.
Dampak Negatif. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat diperlukan oleh setiap orang. Pasalnya, selama proses tidur manusia akan mengalami tiga proses pergerakan otak, yaitu restitusi otak, plastisitas neuron dan detoksifikasi. Restitusi otak akan memperbaiki metabolisme otak yang akan tetap aktif selama tidur, dilanjutkan kemudian plastisitas neuron yang akan mengaktivasi sirkuit saraf sehingga meningkatkan kemampuan daya ingat. Selain itu, detoksifikasi akan meningkatkan sistem imun yang akan menghancurkan racun dalam tubuh dan senyawa racun lain.
Fase tidur ini sangat bagus bagi kesehatan Anda, tentu saja mereka yang bermasalah dengan gangguan tidur, akan mengalami dampak negatif pada kesehatannya. Berikut tiga dampak negatif insomnia bagi kesehatan Anda, yaitu:
Masalah Kesehatan Serius.
Menurut beberapa penelitian, 90 persen penderita insomnia gangguan tidur yang ditandai dengan sulit tidur dan tetap terjaga sepanjang malam akan berisiko tinggi mengalami beragam penyakit seperti penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), jantung, serangan jantung, diabetes, gagal jantung, detak jantung tidak teratur dan stroke.
Meningkatkan Risiko Obesitas. Penderita insomnia pun terancam mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas. Hal ini terjadi karena waktu tidur yang relatif singkat akan menyebabkan terjadinya penurunan leptin (hormon yang berfungsi memberi sinyal kenyang ke otak dan merangsang nafsu makan) dan peningkatan ghrelin (hormon yang berfungsi merangsang rasa lapar). Dengan demikian, insomnia tak hanya merangsang nafsu makan. Tapi juga merangsang hasrat menyantap makanan berlemak dan makanan tinggi karbohidrat.
Meningkatkan Risiko Kematian. Dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti lnggris menemukan bagaimana pola tidur memengaruhi angka kematian lebih dari 10.000 pegawai sipil lnggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2007, mereka , yang telah tidur kurang dari 5-7 jam sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor. Bahkan kurang tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular (diabetes, hipertensi, dan stroke)
Cari Penyebabnya. Sebelum masalah gangguan tidur ini menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan, Anda dianjurkan untuk melakukan langkah penanganan. Menurut dr. Natalia, langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah berkonsultasi dengan dokter dan dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh fisik maupun mental sang pasien. Selanjutnya bisa dilakukan dengan mencoba menerapi diri sendiri. Hal ini bisa dilakukan selama tidak menggunakan obat-obatan kimia yang bisa menyebabkan ketergantungan dan efek samping di kemudian hari.
Jika masalah insomnia tak kunjung sembuh, bahkan malah berujung pada terjadinya hendaya (gangguan fungsi), maka Anda dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan psikiater dan psikiater akan memberi solusi sesuai dengan penyebabnya. Biasanya, sebelum meresepkan obat psikiater akan melakukan sleep hygiene atau membuat tidur penderita insomnia menjadi lebih berkualitas. Di sini psikiater akan mengajarkan penderita insomnia tentang trik menghindari kebiasaan melakukan kegiatan saat di tempat tidur, menetapkan waktu tidur yang pas serta menghindari kebiasaan melakukan olahraga di atas jam tujuh malam.
Dengan terapi ini, persiapan tidur juga akan Iebih baik, stres emosi dan pekerjaan di tempat tidur pun akan terhindari. Dengan demikian, bukan hanya kualitas tidur penderita insomnia yang bisa teratasi, kondisi fisik, medis, dan produktivitas kerjanya pun akan kembali pulih.
Jika terapi ini tidak berhasil, psikiater akan beralih memberikan terapi Cognitive behavioral therapy. Saat menjalani terapi ini, psikiater akan mengubah pikiran negatif yang menyebabkan penderita insomnia sulit tidur. Terakhir, psikiater akan meresepkan obat-obatan khusus insomnia untuk membantu tidur dan menjaga kualitas tidur. Jika insomnia yang dialami disebabkan oleh faktor psikis, maka normalnya pengobatan berlangsung selama enam bulan. Sebaliknya, jika insomnia tersebut disebabkan oleh faktor penyakit, maka penderita insomnia dianjurkan untuk mengobati penyakit tersebut terlebih dahulu. Diah
Sumber: Tabloid Info Kecantikan